Cerpen Sepucuk Surat

      Sepucuk Surat

        Goldie

       


       Jane kembali melihat jam dinding itu, sudah 3 kali ia membolak-balikan badan ke belakang hanya untuk melihat ke arah jarum jam cokelat besar yang di tengahnya terdapat lonceng emas.

 "Ah,rupanya masih 5 menit lagi," gumam jane.

      Waktu terus berputar tapi terasa lama bagi Jane Hawke. Ada hal yang menanti setelah 5 menit ini usai,ia tidak tahu apakah hal ini baik atau buruk yang jelas Jane sedang khawatir. Ini bukan hal yang biasa,Jane Hawke tidak pernah terlihat khawatir seperti ini di dalam hidupnya,tanpa sengaja Jane pun menggigit bibir dan mencubit tangan nya hingga mengeluarkan darah. Apa yang sebernanya terjadi? 

      Suara jam besar itu makin merasuki telinga,membuat degupan hati jadi selaras dengan detakan jarum jam. Jane melihat ke sekelilingnya yang sepi,lalu tibalah anak kecil kurus kering yang ada di dalam percakapan Fred pagi tadi. Seolah pikirannya akan hilang, kaki Jane jatuh lemas setelah melihat anak itu,ia berdiri di depan Jane dengan membawa tas selempang dan topi baseball. 

''Kak Jane? Ada apa?" tanya anak kecil manis itu dengan polos.

"Tidak ada apa-apa kok,Kei. Kak Jane cantik kan?" tanya Jane balik untuk mengalihkan perhatian.

"Kenapa kakak tahu aku ada di sini? Bukankah seharusnya perempuan tidak boleh keluar malam,apalagi tempat yang sepi seperti ini?" 

"Sudahlah,Tin. Akhiri saja pembicaraan ini. Aku lelah bermain peran. Hampir mati aku karena memikirkanmu!"  Bentak Jane sambil memeluk anak itu.

    Anak kecil itu mulai berubah menjadi seorang pria berbadan tinggi dengan jas hitam yang elegan dan rambut yang tertata rapih dan tertawa kecil, Seketika juga latar yang mereka tempati berada di dalam sebuah mobil mewah dengan Jane yang berada dalam posisi penumpang menggunakan baju pesta dansa yang mewah.

"Hey,Justin... jadi benar kau selamat karena bantuan Fred kemarin?" tanya Jane.

"Ya,terus kenapa? kau mau bilang aku lemah juga silahkan,asal kau selamat," 

Jane sedikit tersipu dan menoleh ke arah Justin dengan penuh kekaguman.

"Terima kasih,a-aku harap kita bisa selamanya bersama." ucap Jane.

     Latar tiba-tiba berganti lagi,Jane dan Justin berada di dalam taman bermain. Mereka sedang menaiki wahana rollercoaster,Justin sangat takut ketinggian sehingga ia berteriak sampai suaranya habis. Jane tertawa terbahak-bahak,sangat cantik. Bagi Justin senyum itu sangat cantik walaupun ia sedang ketakutan sampai ia tidak takut lagi karena teralihkan dengan senyum dan tawa Jane yang jarang sekali ia lihat. 

"Apa yang kau lihat? hahaha.... dasar makhluk penakut!" ucap Jane.

      Latar berganti lagi untuk ketiga kalinya, Jane berada di dalam sebuah rumah kayu di dekat danau di bawah pegunungan. Jane sedang menyalakan api untuk memasak sup,sedangkan Justin memperbaiki jembatan dengan kekuatannya. Justin adalah manusia dari eksperimen seorang dokter yang berambisi untuk menciptakan manusia super,Justin dan Jane dipertemukan melalui sebuah misi rahasia. Mereka merupakan agen mata-mata dari organisasi besar di USA

    Pemandangan di danau sangat indah,bagaikan di negeri dongeng the princess swan lake ditambah dengan semburat warna langit senja yang bervariasi,serta suara cuitan burung dari hutan yang terdengar sangat alami.

"Danau nya indah sekali ya,Tin?" tanya Jane.

"Memang,jika tidak bagus,mengapa aku bersusah payah membangun ini semua? haha.. terima kasih atas kerja samanya,Jane. Aku harap kita bisa selamanya bersama,"

Selamanya bersama....

     Latar berganti lagi dan lagi hingga berhenti di suatu latar di daerah bersalju,tepatnya Alaska. Justin dan Jane diminta untuk mengawasi basecamp aliansi musuh USA, hanya penuh darah dimana-mana. Suasana hening dan hampa dengan turunnya salju yang tebal. Justin berhenti membaca sepucuk surat dari saku istrinya,Jane yang sudah tergeletak tak bernyawa di sampingnya. Justin tersadar ia hanya masuk ke dalam memori indah yang Jane tuliskan di dalam sepucuk surat itu. 





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Patriarki Di Era Modern

Juara 2

Tentang Mengikhlaskan.