Healing
Ketika pekerjaan atau tugas menumpuk dan tak kunjung selesai, stress berlebih, dan banyak masalah, yang biasanya kita pikirkan adalah liburan ke suatu tempat yang santai bersama orang tersayang atau sendirian. Banyak yang menyebut hal ini sebagai "healing". Kata ini populer sekali di sosial media, khususnya di tiktok.
Ya, memang tidak salah juga jika pergi liburan dapat menyembuhkan hal-hal yang membuat kita terluka atau tertekan. Namun, ada beberapa orang yang masih keliru memakai kata healing. Kata healing memiliki arti menyembuhkan dalam bahasa Indonesia. Saya lihat masih banyak yang mengartikan kata healing adalah liburan. Tidak setiap liburan adalah healing.
Tidak hanya saat liburan, healing bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun asal mempunyai tekad yang kuat untuk sembuh dari luka dan tekanan batin. Misalnya melakukan kegiatan bersama teman-teman, melakukan me time seharian di rumah, dan melakukan aktivitas yang disukai atau menyibukkan diri. Tentu banyak cara untuk menyembuhkan diri, tergantung dari individu masing-masing.
Saya tahu setiap orang pasti pernah mempunyai luka dan tekanan batin yang belum kunjung sembuh, menurut saya selain menjalani proses penyembuhan yang paling penting adalah tahu nilai dari diri sendiri dan percaya bahwa perubahan akan datang seiring waktu karena pada dasarnya makhluk hidup perlu waktu untuk sembuh dari lukanya. Tidak usah dipaksakan untuk selalu kuat, emosi akan semakin menumpuk jika dipaksakan dan akan menimbulkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Apapun yang terjadi di masa lalu sudah tidak bisa dirubah, terima saja fakta itu dengan hati yang ikhlas. Daripada terus menerus memikirkan hal yang sudah berlalu, lebih baik berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan menghindari hal-hal yang bisa membuat kita menyesal di masa depan. Jadikan peristiwa-peristiwa yang membuat kita terluka menjadi pengalaman yang akan kita ingat agar tidak berbuat gegabah lagi.
Meskipun ada yang terluka bukan karena salah diri sendiri, melainkan orang lain. Biasanya ini membuat harga diri atau hati kita hancur. Namun, lebih sakitnya lagi itu bahkan bukan salahmu tapi rasanya harus bertanggung jawab atas rasa sakit mu sendiri. Orang-orang yang pernah menyakiti sangat susah untuk dimaafkan. Memang sih, saya sebagai tipe orang pendendam tidak akan mau melihat orang yang menyakiti saya bahagia. Tapi jangan sesekali menggunakan kekerasan untuk membalas dendam, meskipun perlu begitu, jangan sampai parah karena hukum mengenai kekerasan juga sudah mulai diperketat. Sakit hati boleh, tapi jangan bodoh.
Untuk mengatasi rasa dendam dan marah itu cobalah untuk sesekali melupakan hal yang menyakiti hati dan pikiran atau bisa juga jadikan itu sebagai motivasi dengan cara menyibukkan diri dan membuat pencapaian untuk menaikkan kepercayaan dan harga diri yang hancur. Buktikan bahwa kita juga bisa menang dari rasa sakit yang dibuatnya.
Menurut saya semua orang akan bisa sembuh dari luka batinnya. Walaupun tidak dalam waktu yang singkat, saya percaya bahwa akan banyak hal-hal baik yang akan datang setelah proses penyembuhan luka ini selesai. Yang terpenting adalah diri sendiri. Ingat, yang bisa menyembuhkan diri yang terluka hanyalah diri kita sendiri. Jangan lupa apresiasi diri kita sendiri. Sesekali banggalah bisa menjadi diri sendiri, tapi jangan sombong. Kita harus tetap rendah hati dan jangan lupa untuk selalu bersyukur pada Tuhan.
Semoga kita bisa segera sembuh dari hal-hal menyakitkan yang kita bahkan tidak bisa menyeritakan itu pada orang lain. Tidak apa-apa, pelan-pelan semuanya pasti sampai.
Komentar
Posting Komentar