Kehidupan Pertemanan

Selama saya hidup, saya tidak pernah mempunyai teman sebaik teman-teman saya di SMP. Ya, teman SMA juga baik semua. Tapi yang terpampang di hati saya adalah teman pada saat SMP. Pasti ada yang sama dengan saya, kan?

Sebelumnya saya hanya bocah biasa yang cuma pintar pelajaran tanpa tahu cara bersosialisasi atau berteman dengan seseorang. Itu membuat saya sedikit kuper. Hari-hari saya yang dulu jujur saja kurang seru, sebelum saya menginjak SMP kelas 2.  Yang saya lakukan hanyalah belajar dan membaca buku. Kalau bahasa gaul nya nerd atau kutu buku. Saya bahkan tidak pernah keluar bersama teman dan hanya mempunyai 3 teman yang selalu berbicara dengan saya.

Sampai akhirnya saya menginjak kelas 2 SMP. Saya mulai mempunyai banyak teman dan sering bermain bersama. Ternyata mempunyai teman semenyenangkan itu. Saya kaget ternyata film tentang persahabatan itu memang dibuat dari kisah nyata. Karena mempunyai teman saat itu saya merasa seperti karakter utama dalam sebuah cerita. Untuk pertama kalinya saya merasa dihargai oleh yang benar-benar teman.

3 tahun pun berlalu, walaupun ada beberapa yang beda sekolah. Tapi, kami masih tetap bermain bersama hingga saat ini. Tak jarang juga banyak terjadi pertengkaran yang tidak mengenakan hati, tapi itu semua bisa teratasi dengan baik. Salah satu ketakutan terbesar saya adalah kehilangan orang yang disayangi, mereka semua orang yang saya sayangi. Saya tidak mau kehilangan mereka. Tapi, kembali lagi pada kata-kata yang sering kita dengar, yaitu orang-orang pasti akan datang dan pergi. Walaupun begitu semoga saya diberi waktu yang lama bersama mereka sebelum semuanya pergi.

Saya pikir dulu saya tidak punya teman karena saya trauma dibully waktu saya masih kecil, saya hanya memiliki agama yang berbeda dengan kebanyakan orang di sekitar saya. Tapi entah mengapa dulu semua anak yang seumuran dengan saya menjauhi saya juga. Bahkan saya sering dikerjai oleh mereka. Tapi, anehnya saya tidak ingat satupun hal itu. Orang tua saya yang bercerita. Tapi saya masih bisa merasakan betapa takutnya saya dulu, hanya saja lupa. Yang berlalu biarlah berlalu. Saya yang masih kecil pasti bangga melihat saya yang punya teman sekarang. 

Ternyata bukan hanya trauma dibully karena memang saya saja yang sifatnya pendiam, susah didekati, dan galak waktu dulu. Maka dari itu jarang orang mau bermain dengan saya. Padahal saya ingin bermain bersama mereka, saya ingat ada acara ulang tahun dan hanya saya dan teman-teman yang dijauhi saja yang tidak diundang. Rasanya sepi sekali. Tapi sekarang saya sangat merasa dihargai dan dicintai oleh teman-teman saya. Saya selalu dilibatkan dalam semua kegiatan.

Saya juga ingin berterimakasih pada diri saya sendiri karena sudah sabar menjalani hidupnya, tapi memang sudah seharusnya sih. Ya, semuanya itu ada waktunya walaupun bertahun-tahun saya mengalami rasa sepi karena tidak punya teman, saya jadi lebih banyak mengeksplor diri sendiri lebih cepat dari teman yang lainnya.

Semua orang pasti punya pelipur lara, tempat untuk berduka dan bersuka. Mungkin tempat itu tidak hanya pacar atau kekasih, tapi bisa juga teman dan keluarga. Karena hidup tidak seputar pasangan saja. Intinya saya bersyukur bisa mempunyai teman yang menyayangi saya juga. Sebelum itu kita juga harus bisa memilih teman mana yang cocok untuk dijadikan sahabat atau teman biasa. Walaupun memang tidak boleh pilih-pilih teman, tapi sebisa mungkin pilihlah yang paling baik untuk diri sendiri dan orang lain.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Patriarki Di Era Modern

Juara 2

Tentang Mengikhlaskan.